Pasca Hujan, Medan Membaca Memulai Acara Workshop Penulisan & Penerbitan Buku

“Aku suka berjalan di bawah hujan, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa melihatku menangis”

Charlie Chaplin (Aktor, komik dan produsen dari Britania Raya 1889-1977)

Rintikan air dari langit semakin asyik untuk penikmat secangkir kopi bersanding ubi goreng saat membaca koran. Mahasiswa semakin nyenyak tidurnya di kalah hujan sebelum jadwal kuliah. Penjaga pintu air kondisi siaga memantau debit air setiap menitnya. Penjajah payung menjadi berkah untuk mengais rezeki dari jasa memayungi penggunanya.

Bagaimana dengan getar-getirnya Pengurus Komunitas “Medan Membaca” sampai siang hari hujan belum redah. Rencananya pada siang itu, mereka akan ada kegiatan Workshop Penulisan & Penerbitan Buku yang akan dihadiri banyak peserta. Sewa ruangan dilakukan dijauh hari, exbanner sudah dicetak dan poster sudah bertebar keberbagai grup whatsapp dan media sosial lainnya. Bunyi berbagai pesan di grouppun mulai banjir untuk ketidakhadiran karena alasan hujan dan berbagai alasan logisnya.

Bagi orang hebat seperti Charlie Chaplin (1889-1987) pernah mengungkapkan “Aku suka berjalan di bawah hujan, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa melihatku menangis.” Sebuah ungkapan komedian dunia bahwa hujan itu jadi alasan masuk akal kita semua. Profesinya menghibur untuk orang ketawa walau hatinya menangis karena berbagai tekanan hidupnya. Semoga pengurus Medan Membaca tidak mencari alasan tentang hujan sebagai pematah semangat untuk berkarya. Bersama penggerak dan relawan yang punya tugas mulia untuk kemajuan bersama.

Beberapa jam sebelum acara, tanda berhenti rintik-rintik besar telah berhenti di bumi tercinta. Namun jarum jam menunjukan waktu mendekati dimulainya acara. Peserta banyak yang belum datang mengisi ruang berAC di lantai dua. Masih sunyi senyap suara tapak jalan orang-orang memasuki arena acara. Hujan di luar gedung sudah rendah tapi keyakinan hati ketua dan beberapa teman panitia mulai sumringah dan juga gelisah. Panitia bersyukur karena peserta sudah ada mulai mengetok pintu dan ucapkan salam memasuki ruang acara.

Akhirnya dimulai juga, walau peserta belum banyak hadir sesuai daftar hadir online yang diisi sebelum acara. Inilah acara pertama Medan Membaca menyelengarakan workhop menulis buku karya bersama untuk diterbitkan di Pulau Jawa. Ruangan mulai penuh setelah acara dibuka. Meja dan kursi terisi semua dengan laptop pinjaman dari Kantor Harsi Learning Center dan pribadi yang memilikinya.

Fasilitator bukabe menyajikan berbagai materinya kepada peserta dengan latar belakang berbeda. Jurnalis, dosen, siswa, mahasiswa, arsitek, blogger berbagai profesi dan status yang ada. Mereka belajar menulis buku yang bisa diterbitkan dengan murah meriah dan berkualitas untuk dinikmati pembacanya. Penuh canda, tawa dan serius selama perjalanan diskusi tentang menulis yang pernah dijalani fasilitator. Dibuka dengan pengantar dan permainan Kahoot untuk mengetahui pemahaman awal semua peserta. Kemudian, diskusi berlangsung sesuai kebutuhan peserta. Cara terbitkan, nama penerbit dan proses pengajuan naskah penulis termasuk biaya yang harus dibayar mereka.

Fasilitator menyiapkan materi dengan slide PPt berjumlah delapan sajiannya. Memulai perbedaan penulis solo atau bersama, penerbitan mayor atau minor (indie) jadi pilihan Anda. Slide khusus disampaikan tentang kelebihan penulisan indie sesuai kebutuhan peserta dengan niat branding diri, mau kaya atau untuk kenangan pribadi untuk masa depan yang lebih ceria. Slide mitra bukabe ditampilan dengan simbol penerbit yang sudah bekerjasama. Merekomendasikan dan menutup beberapa penerbit yang pernah lakukan kerjasama kemudian bermasalah. Peserta bisa memilih penerbit mana yang disukainya. Kemudian slide bagaiaman cara menemukan ide, kumpulkan data dan menarasikan setiap langkah. Tahap editing, swasutting, proofreading sampai penerbit yang jadi pilihan untuk bukabe yang sedang digagas disusun bersama.

Selesai pemaparan materi, kemudian peserta bekerja sesuai ide dan data yang dimiliki penulis. Mengerjakan dalam waktu dua jam menuliskan secara cepat di laptop/hp sesuai tema yang jadi pilihan tulisan pribadinya. Itulah trik, bagaimana tidak ada PR bagi peserta menuntaskan setiap bait tulisan bukabe. Semua peserta menuntaskan waktu yang tersedia. Selesai 2-7 halaman A4 dalam waktu singkat untuk ditindak lanjuti oleh editor yang ada. Medan Membaca mengklasifikasi dan mengedit sesuai tema dan dirancang bisa diterbitkan segera.

Mimpi indah ini harus terwujud sebagai bagian dari usaha Medan Membaca. Pojok baca di Taman Ahmad Yani, Review Buku dan siaran radio dimana-mana. Upaya menggelorakan literasi agar setiap karya abadi untuk menjadi bagian perubahan dunia. Usaha tidak akan sia-sia, dengan kolaborasi dan niat tulus karena Lillahi Ta’ala.

Dipenutup acara, fasilitator dapat cindramata berupa sertifikat berkelas dari Medan Membaca. Kertas selembar dan map batik diserahkan peserta termuda. Berstatus siswa yang hobi menulis dan membaca. Mereka sudah membuktikan bahwa menulis itu mudah. Menerbitkan buku itu murah. Punya buku karya bersama (bukabe) versinya Medan Membaca hanya menunggu waktu saja. Insya Allah, keberkahan untuk kita semua. Aamiin.

25 Comments

  1. Bang kalo ada acara serupa lagi kabar kabari ya…
    tempo hari kayaknya saya dapat info sih acara ini, tapi dah ada acara lagi di tanggal yang sama.
    jadi ndak ikut de

  2. Seru acaranya. Walaupun hujan tetap banyak yang hadir ya. Keren nih, ini namanya barisan pembelajar. Kalau gak salah aku juga sudah follow akun IG medan membaca ini loh.

  3. Inspiratif ini komunitas yang menyemarakkan dunia literasi di kota Medan. Medan Membaca ya, sekalian Medan Menulis juga berarti ya,,, btw cara masuk jadi anggotanya gimana nih,. Pak Guru? Tfs yaa

  4. Sepertinya Bukabe bisa jd pilihan untuk menerbitkan buku nih. Memang bagi setiap blogger, menerbitkan buku adalah goals yang paling diimpikan, kebanyakan sih gitu

Leave a Reply