SIG dan Perpustakaan Berjalan

Pendidikan kharakter dapat terintegrasi melalui pembelajaran di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah project based learning. Model pembelajaran ini berbasis proyek sehingga pendidikan karakter gotong royong dan budaya literasi dapat diintegrasikan dalam pembelajaran ini sesuai dengan proyek yang akan diberikan pada siswa. Pendidikan kaarakter yang diintegrasikan  pada pembelajaran sangat efektif karena dilakukan berulang-ulang dan merasakan langsung kebermaknaannya.

Pembentukan karakter perlu waktu panjang, dari masa kanak-kanak sampai usia dewasa ketika seseorang mampu mengambil keputusan mengenai dirinya sendiri dan mempertanggung jawabkan kepada dirinya sendiri. Pendidikan sebagai proses hominisasi dan humanisasi, membantu manusia yang utuh, bermoral, bersosial, berkarakter, berkepribadian, berpengetahuan dan berohani. Pendidikan merupakan proses yang dilakukan oleh setiap individu menuju kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaan. Pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter.

Untuk membangun bangsa yang berkarakter dimulai dari manusia yang berakhlak mulia atau berbudi pekerti luhur. Setiap individu dianjurkan untuk membangun karakter bangsa sesuai kapasitasnya, sebagai ilmuwan, pemimpin, hartawan  maupun orang awam.  Ada enam hal dalam membentuk karakter, yaitu  kejujuran, keterbukaan, keberanian mengambil resiko, bertanggung jawab, memenuhi komitmen dan kemampuan berbagi.

Menurut Djohar, membangun karakter dikategorikan sebagai komponen “the hidden curriculum” yang pencapaiannya tergantung pada proses pendidikan pada substansi pendidikannya. Kebiasaan mahasiswa belajar akan mewarnai karakter mereka. Karakter tidak dapat diajarkan, akan tetapi diperoleh dari pengalaman, oleh karena itu harus dilatihkan. Kebiasaan sehari-hari dapat menghasilkan pengalaman belajar. Pembangunan moral dan karakter lebih efektif melalui dialogik dengan mendiskusikan kasus nyata yang diangkat melalui proses pelatihan itu. Proses dalam pendidikan terbuka kondusif untuk pembangunan karakter itu.

Materi dalam geografi yang dapat di ajarkan dengan model project based learning adalah SIG (Sistem Informasi geografi). Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, intepretasi. Sintesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melalukan investasi dan memahaminya. Melalui model project based learning, proses inkuiri dimulai dengan memunculkanpertanyaan penuntun dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaborasi yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Model project based learning merupakan investigasi tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha siswa.

Pada pembelajaran kali ini proyek yang harus dikerjakan siswa adalah pengadaan perpustakaan berjalan. Materi SIG digunakan untuk menentukan daerah yang akan digunakan sebagai perpustakaan berjalan, sedangkan proyek perpusatkaan berjalan sendiri digunakan untuk membangun karakter gotong royong siswa dan membudayakan literasi. Perpustakaan berjalan menuntut siswa untuk bergotong royong dalam pelaksanaannya karena proyek ini tidak mungkin dilakukan sendiri.

Sebelum dilaksanakan perpustakaan berjalan maka siswa di haruskan untuk membaca  minimal satu buku yang akan dibawa di perpustakaan berjalan. Waktu membaca buku di sekolah 15 menit setiap hari sebelum mulai pembelajaran sedangkan di rumah juga harus melanjutkan bacaannya dengan kontrol dari orang tua melalui kartu kendali bacaan.

Peran serta sekolah dan orang tua sangat diharapkan sehingga tujuan dari program perpustakaan berjalan ini dapat terlaksana dengan baik. Orang tua diharapkan selalu memantau bacaan anak sehingga Setelah selesai mambaca buku maka wajib menceritakan kembali isi cerita dari buku yang telah di baca di depan kelas dan menyimpulkan nilai apa yang bisa diambil dari buku yang telah dibaca. Hal ini sebagai kontrol dari guru kepada siswa bahwa benar-benar membaca dan seluruh teman-temannya juga dapat mengambil nilai-nilai luhur yang bisa diambil dari buku tersebut. Diharapkan setiap buku yang akan dijadikan koleksi  pustaka di perpustakaan berjalan sudah pernah dibaca oleh siswa sehingga jika ada calon pembaca yang bertanya mereka dapat menjelaskan.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek terbagi menjadi tiga pertemuan. Pertemuan pertama pada kegiatan inti siswa dan guru melakukan:

  • Guru memberikan pernyataan mendasar tentang Sistem informasi Geografi yang akan digunakan sebagai tugas berikutnya.
  • Siswa menjawab pertanyaan mendasar dan mengajukan pertanyaan kepada guru untuk pemahaman materi dan tugas yang diberikan
  • Guru dan siswa mendesain proyek perpustakaan berjalan
  • Guru membagi kelas menjadi dua kelompok besar
  • Setiap kelompok memilih sobat pustaka sejumlah 5 anak.
  • Siswa mengumpulkan peta kota probolinggo dan data-data pendukung SIG untuk penentuan lokasi perpustakaan berjalan kelompoknya

Pertemuan kedua Guru dan siswa melakukan kegiatan:

  • Siswa dengan jujur menceritakan sinopsis dari buku yang dibaca kepada guru
  • Siswa dengan penuh tanggungjawab mengembalikan buku yang mereka pinjam untuk dikumpulkan pada sobat pustaka
  • Siswa membuat time line untuk pelaksanaan dan penyelesaian proyek
  • Siswa menentukan lokasi perpustakaan berjalan dengan Sistem informasi geografi secara sederhana
  • Siswa bergotong royong mendekorasi tempat perpustakaan berjalan.

Pertemuan ketiga guru dan siswa melakukan kegiatan:

  • Siswa mempresentasikan hasil overlapping penentuan tempat perpustakaan berjalan
  • Siswa menjelaskan secara detail proses pelaksanaan perpustakaan berjalan.
  • Kelompok lain menyimak dan member tanggapan
  • Siswa dan guru merefleksi pelaksanaan perpustakaan berjalan
  • Siswa menceritakan pengalaman dan kesulitan yang di alami selama pelaksanaan proyek perpustakaan berjalan
  • Guru membimbing siswa melakukan pemecahannya sehingga kesulitan yang ditemui dapat terselesaikan.
  • Siswa mengasosiasikan tingkat keberhasilan proyek perpustakaan berjalan dengan ketelitian dalam menganalisa pembelajaran Sistem Informasi Geografi.

Pelaksanaan Perpustakaan Berjalan dilakukan di luar jam pelajaran dan di tempat yang sudah siswa tentukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi secara sederhana. Siswa menyiapkan setiap detail yang dibutuhkan untuk perpustakaan dengan cermat dan teliti. Persiapan dimulai dari pembuatan benner dan pembuatan rak dan kotak buku yang akan di gunakan pada perpustakaan berjalan. Selain itu juga menyiapkan kartu-kartu yang di selipkan di halaman-halaman buku untuk ditukarkan dengan hadiah-hadiah kejutan.

Pada pelaksanaan ini nampak jiwa gotong royong siswa semakin tinggi. Mulai dari persiapan dengan antusias menyiapkan semuanya bersama hingga waktu pelaksanaan bergotong royong membawa buku dari sekolah hingga ketempat pelaksanaan. Menata buku-buku tersebut ke rak dan kotak yang telah mereka buat bersama. Bahu-membahu untuk mempromosikan perpustakaan berjalannya dan untuk menarik pengunjung tempat itu supaya mau membaca di tempat yang sudah dipersiapkan.

Banyak cara yang dilakukan oleh siswa untuk menarik orang-orang sekitar supaya membaca di perpustakaan berjalan mereka. Mulai dari membawa beberapa buku dan menawarkan kepada orang-orang seperti sales adapula yang duduk dan membaca di sekitar perpustakaan berjalan dengan maksud menunjukkan kepada orang-orang di sekitar mereka bahwa buku yang ada itu tidak dijual melainkan untuk dipinjam dan di baca di tempat itu.

Selain cara-cara itu siswa itu juga membuat benner dengan ukuran yang besar sehingga tanpa banyak bicara, sudah menarik perhatian para pengunjung. Sikap yang ramah dan selalu menunjukkan koleksi buku yang dibawa juga merupakan usaha mereka untuk membudayakan literasi warga sekitar dan pengunjung yang ada. Tempat yang disediakan oleh siswa sebagai salah satu fasilitas yang ditawarkan oleh perpustakaan berjalan.

Adanya perpustakaan berjalan ini siswa menjadi lebih kompak dalam bekerja sama dan selalu bergotong royong dalam semua hal. Mengesampingkan kepentingan pribadi untuk mewujudkan kepentingan bersama. Dalam pelaksanaan ini tanpa harus diperintah saling mengingatkan dan saling membantu untuk menuliskan semua buku yang dipinjam di buku peminjaman oleh pengunjung, meletakkan kembali buku yang telah selesai dibaca  oleh pengunjung.

Semua siswa bertanggung jawab dan saling bergotong royong dalam pengecekan buku saat pelaksanaan perpustakaan berjalan berakhir. Setelah pengecekan selesai kemudian bersama-sama membersihkan tempat yang telah dipakai dalam perpustakaan berjalan. Berbagi tugas untuk mengembalikan barang-barang termasuk buku yang dipinjam untuk perpustakaan berjalan ke tempatnya semula. Tidak ada satupun siswa yang beranjak pulang sebelum kegiatan selesai. Semua siswa pulang setelah seluruh kegiatan usai dan barang-barang yang telah dipinjam kembali ketempat semula.

Penilaian pada pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning dengan proyek perpustakaan berjalan meliputi aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Hasil belajar siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Banyak siswa mendapat nilai diatas KKM dan siswa yang biasanya ada di kelas bawah dan tidak tuntas sekarang menjadi tuntas. Hal ini didasari oleh pembelajaran yang menggunakan model Project Based learning siswa dapat memperoleh informasi langsung dari lapangan dan praktet sehingga dapat menemukan pemahaman, konsep tentang materi dari pengalaman sendiri, bukan semata-mata diperoleh dari guru. Hal ini sesuai dengan paham konstruktivistik yang menyatakan bahwa: pengetahuan bukanlah gambaran dari kenyataan yang ada, pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif  kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperoleh untuk pengetahuan (Bettencourt, 1989).

Keterlibatan dan aktivitas siswa pada pembelajaran, pengalaman langsung dalam menemukan pengetahuannya sendiri, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran yang berpusat pada siswa diduga mampu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar lebih baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Langkah-langkah dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing selalu melibatkan aktivitas siswa dan siswa diberi kesempatan untuk berpendapat dan mencari sendiri pengetahuannya.

Pada pembelajaran ini aspek Psikomotor yang dinilai adalah keterampilan siswa dalam membuat peta, kejelian dalam membaca data dan keakuratan penentuan lokasi perpustakaan berjalan. Selain itu penialaian psikomotor juga diperoleh dalam pelaksanaan  perpustaan berjalan. Penialain dimulai dari cara siswa mendekorasi perpustakaan dan keterampilan berbahasa untuk meyakinkan pengunjung untuk membaca.

Selain itu juga terdapat penilain kinerja yang meliputi beberapa aspek yang dinilai. Salah satu aspek yang diutamakan yaitu kerjasama dalam kelompok. Siswa dinilai tentang aktivitasnya dalam kelompok dan kerjasamanya dengan teman-teman satu kelompoknya. Keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan juga merupakan aspek yang dinilai dalam kinerja. Aspek yang terakhir dalam penilaian kinerja adalah mempresentasikan hasil diskusi.

Nilai Aspek afektif adalah sikap yang dimiliki siswa selama pembelajaran dan kegiatan perpustakaan berjalan berlangsung. Sikap yang dapat dinilai pada proses pembelajaran ini meliputi sikap jujur, tanggung jawab dan gotong royong. Sikap jujur dapat dilihat dari jurnal bacaan siswa di rumah. Guru dapat mendeteksi kejujuran siswa dari tandatangan orang tua.

Guru dapat mengetahui tandatangan itu palsu atau tidak karena guru mempunyai contoh tanda tanga kedua orang tua di BK. Selain itu dengan adanya sesi menceritakan kembali sinopsis dari buku yang dibaca dan mengambil kesimpulan dari hikmah yang bisa diambil dari buku tersebut membuat siswa harus benar-benar membaca buku.

Sikap tanggung jawab juga akan tampak ketika mengembalikan buku dalam kondisi utuh, tidak rusak serta mengembalikan barang-barang yang telah dipinjam pada waktu pelaksanaan gotong royong pada tempatnya semula. Sedangkan penilaian gotong royong dapat dilihat pada saat siswa melaksanakan perpustakaan berjalan dan pembuatan peta overlapping.

Budaya literasi juga salah satu sikap yang juga akan tumbuh dan meningkat dengan adanya perpustakaan berjalan ini. Siswa tidak hanya lebih suka membaca akan tetapi juga dapat memahami makna dari buku yang telah dibaca. Siswa yang telah terbiasa membaca ini berusaha untuk mengajak masyarakat sekitar untuk turut serta dalam budaya literasi. Sehingga selain siswa menjadi lebih gemar membaca juga mengajak warga sekitar untuk mencintai literasi.

Penilain Afektif ini dilakukan melalui tiga penilain yaitu, penilain diri, penilain teman sejawat dan penilain dari guru mata pelajaran. Penilaian diri meliputi, bagaimana siswa mampu mengusulkan pendapat, aktif mengajukan pertanyaan dengan sopan dan melaksanakan kesepakatan kelompok meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya. Hasil dari penilain diri dari siswa rata-rata menjawab dengan nilai yang baik. Hali ini menunjukkan bahwa siswa sudah mempunyai persepsi dan penilain didi yang baik.

Penilaian teman sejawat meliputi siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan sopan, mengerjakan kegiatan sesuai pembagian tugas dalam kelompok, mengemukakan ide untuk menyelesaikan masalah, dan melaksanakan kesepakatan kelompok meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya serta tidak memaksakan kehendaknya, tidak menyela pembicaraan dan tidak menertawakan pendapat teman yang aneh. Penilaian teman sejawat lebih ditekankan pada kerjasama dan gotong royong untuk menyelasian proyek yang telah diberikan pada mereka.

Pada hasil penilain sejawat tampak bahwa siswa memberikan nilai yang baik kepada teman-temannya karena telah bergotong royong untuk mensukseskan program perpustakaan berjalan. Pada pembelajaran dan proyek ini terdapat peningkatan budaya gotong royong antar siswa. Terlihat beberapa siswa tanpa diperintah dan diminta langsung membantu teman yang lain dalam pelaksanaan proyek ini. Penilaian guru terhadap sikap afektif siswa dilakukan melalui jurnal penilaian. Pada jurnal dituliskan sikap-sikap yang nampak menonjol yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran maupun pada saat pelaksanaan perpustakaan berjalan.  Sikap yang nampak menonjol pada saat pelaksanaan pembelajaran dan perpustakaan berjalan adalah sikap gotong royong yang tanpa pamrih atau iri dengki dengan pekerjaan teman, semua siswa sangan antusias dalam pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan pepustakaan berjalan.

Tulisan ini diambil dari Buku “Mutiara Khatulistiwa: Kisah Inspiratif Guru Geografi Indonesia” (Ae Publishing Malang, 2017)

Dwi Ambarwati. lahir di kota apel Malang pada tanggal 5 Mei 1980. Putri kedua dari enam bersaudara dari Bapak Dimyati dan Ibu rimawati.  Mengawali karir sebagai guru ipa di salah satu Sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Malang. Pada tahun 2006 mencoba peruntungan di kota mangga dan anggur Probolinggo. Sejak saat itu hingga kini mengajar di SMAN 2 Probolinggo sebagai guru Geografi. Menyelesaikan S-1 pendidikan geografi di Universitas Negeri Malang pada tahun 2004.

9 Comments

  1. Alhamdulillah membacanya saja sudah merupakan benar benar menginspirasi apalagi dilaksanakan pada materi SIG yang mungkin selama ini menurut saya materi ini agak susah dipahami siswa. Motivasi dan dukungan dari ibu Dwi Ambarwati terhadap peserta didik luar biasa, salut sekali luar biasa kreatifitas ibu Dwi, semoga saya khususnya juga bisa seperti ibu Dwi. Trimakasih atas pengalamannya yang luar biasa, kelihatannya tidak ada yang tidak mungkin apalagi kalo kita berusaha dan berdoa.

    • Terima kasih untuk respon karya guru-guru hebat dan inspiratif seperti ibu Dwi Ambarwati ini. Semoga semakin banyak guru yang kreatif di negeri ini

  2. Cukup menginspirasi, naumn yang perlu ditekanka disin pembelajaran model pembelajaran juga harus mengedepankan karakteristik peserta didk untuk mencaopai tujuan pembelajaran.terimakasih

  3. Maasyaa Alloh, Kerrreeeennn Betuuuulllll… bisa ditiru nih tuk di Palopo. Semoga Covid segera menghilang spy bisa cepat diterapkan. Terima kasih Bu Dwi Ambarwat dan Pak Sofyanto

  4. Sangat menginspirasi pak….Adakah cara atau teknik pembelajaran SIG yg berupa menggunakan aplikasi yg bisa menjadi bagian perpustakaan berjalan….mohon bantuannya pak ..

Leave a Reply