Stunting dan bonus demografi menjadi tema strategis untuk diajarkan guru mata pelajaran. Selaras dengan kebijakan pemerintah bersama masyarakat, gencar untuk mencegah mengatasi permasalahan stunting. Memperkuat peluang potensi terbaik pada peristiwa bonus demografi. Dari tingkat dusun, desa, kecamatan sampai level di atasnya.
Sekolah dapat stunting dan bonus demografi menjadi bagian program khas membentuk karakter anak didik dengan bersinergi dan berkolaborasi. Guru juga boleh dong, ikutan berperan langsung ngatasi masalah-masalah di lingkungannya tersebut.
Kebijakan pemerintah daerah, sudah berbasis data kependudukan dalam perencanaan pembangunan di daerahnya. Generasi zilenial, sejak dini belajar hal itu agar tahu kepedulia pada kondisi lingkungan dan daerah tempat tinggalnya. Bukan mengabaikan dan menjadi manusia “mager” dan “rebahan” terhadap masalah terjadi disekitarnya. Kasus busung lapar, kurang gizi, masih kekurangan makan hariannya. Apakah itu hanya tugas Ibu PKK, atau Bapak/Ibu kepala lingkungan / kepala dusun saja? Ataukah boleh, Badan Kenajiran/Kemakmuran Masjid (BKM) dan sejenisnya ikutan mengatasi masalah tersebut yang selama ini fokus ngurusi jamaah di masjid aja. Mau diam aja permasalahan yang terjadi di depan mata kita?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan terbantu sebagian peran itu ada di sekolah. Generasi Zilenial yang saat ini bersekolah di jenjang SMA/SMK/MA berada di fase ini perlu mengenal sejak dini. Stunting dan bonus demografi yang bisa saja itu ditemukan disekolah sendiri bahkan di dekat rumah tempat tinggalnya. Namun menjadi pertanyaan, apakah generasi zilenial, mereka kenal tetangga dan lingkungan rumahnya? Kalau tak kenal, sebagai guru mulailah kita kenalkan sejak dini pada masalah-masalah ini. Mereka bisa memahami permasalahan disekitarnya dengan mengunjungi tetangga untuk ambil data sekaligus bersilaturahmi. Langkah tersebut dapat meningkatkan kemampuan generasi zilenial untuk bisa menganalisa dan tahu kondisi tetangga dan lingkungannya.
Langkah sederhana dapat dilakukan banyak siswa di sekolah bagi yang sudah mengimplementasikan SSK (Sekolah Siaga Kependudukan) sebagai program bersama yang dipelopori BKKBN. Melalui SSK, siswa memahami dan membantu pencegahan stunting khususnya pada diri atau keluarga bahkan lingkungan tempat tinggalnya. Demikian pula, siswa sudah bisa mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dari bonus demografi tersebut.
Materi itu disampaikan saat saya bersama BKKBN Provinsi Sumatera Utara dengan OPD P3A & KB Kabupaten/Kota, guru SSK untuk bersinergi dan kolaborasi. Mencegah stunting dan memanfaatkan bonus demografi diketahui sejak dini. Peserta yang hadir diacara tersebut keterwakilan dari sekolah yang berstatus SSK Paripurna 2022 dan beberapa sekolah di Kota Medan, Tebing Tinggi, Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Dinas OPD P3A & KB Kabupaten / Kota juga hadir agar sinegri program antar stakeholder bisa berjalan. Berjalan bersama, pencegahan stunting akan mudah dilakukan.
Memahami materi tersebut, silakan bisa unduh lembar kegiatan (TTS/Teka Teki Silang Kependudukan) dan materi pada lampiran di bawah ini. Manfaatkan kolaborasi kita untuk menjadi bagian upayah bersama mencegah stunting sejak dini dan mengoptimalkan potensi bonus demografi untuk mewujudkan generasi kita sebagai generasi emas Indonesia.
terima kasih