Kelihaian saya berpantun, masih jauh jika disandingkan dengan bang Ibnu Hajar, Syafar atau Ibu Citra Dewy atau Sri Restu. Di status media sosial atau grup whatsaap, mereka itu sangat lues bertutur dan menulis pantun. Mereka berpantun tak butuh lama untuk saling berbalas, sedangkan saya butuh waktu relatif lama berfikir membalasnya bahkan harus buka referensi. He.he

Saat manggung virtual, saya berpantun untuk menyapa dan pengantar materi. Di kesempatan lain, pernah menjadi pembawa acara pernikahan, gunakan pantun dengan melihat sumber internet dan buku. Beberapa pantun hasil gubahan sesuai tema acara yang saya lakukan. Bagi saya, berpantun itu sangat menarik. Isi pesan sangat halus kata-katanya namun menusuk jiwa. Jika diucapkan, pendengar tak tersakiti hatinya karena penuh kiasan dan makna. Berpantun itu asyik namun tak mudah untuk melakukannya. Perlu berlatih dengan mengasahnya diberbagai kesempatan acara atau tulisan..
Bagi masyarakat Melayu, berpantun sebagai tradisi untuk acara keluarga, resmi ataupun untuk memuji kebesaran Sang Pencipta. Pantun, saya anggap saat ini sebagai sebagai media penyampai pesan yang edukatif. Perlu sering digunakan sehingga tetap lestari. Berpantun itu tak membuat status kita semakin rendah, bahkan dengan berpantun menjadikan kita lebih dihargai. Bagaimana dengan generasi milenial, zilenial dan alfa?
Program Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) untuk generasi milenial, zilenial dan alfa, Di tahun 2021, Perwakilan BKKBN Sumatera Utara melalui Bidang Pengendalian Penduduk sedang mengembangan materi kependudukan sesuai isu lokal. Pendekatan dilakukan sebagai edukasi kepada generasi milenial, zilenial dan alfa terkait isu kependudukan melalui berpantun. Pantun satu diantara cara efektif mengkomunikasikan program kependudukan yang sesuai kearifan lokal Sumatera Utara.
Pantun-pantun yang dikembangkan merupakan pantun disusun melalui buku karya bersama (bukabe). Kolaborasi BKKBN dengan guru dan siswa SMAN 1 Tanjungbalai dengan menyusun buku pantun kependudukan. Penyusunan buku pantun sebagai media edukasi juga untuk pelestarian warisan budaya Indonesia. Pantun yang berkembang sampai saat ini yang bisa kita baca dan dengarkan pada acara-acara pemerintahan, swasta dan berbagai acara lainnya.
Beberapa pantun hasil kolaborasi di Buku Edisi “Pantun Kependudukan” yang diterbitkan oleh CV Pusdikra Mitra Jaya dan diedarkan Perwakilan BKKBN Sumatera Utara ada di bawah ini.
Naik becak ke Pajak Bahagia Hendak membeli sekilo brokoli Sebagai zilenial harus punya rencana Untuk mensukseskan era bonus demografi Si Juned lelaki idaman Banyak wanita mengejar ngejarnya Jikalau ingin menjaga kesehatan Hindari narkoba itu yang utama Ke Sungai Silau mencuci baju Baju dijemur di dekat pintu Kalau ingin Tanjungbalai maju Arahkan remaja menjadi zilenial yang bermutu Para nelayan menarik pukat Pukat diterjang ombak yang kuat Engkau tak cukup berbekal tekad Luangkan waktu untuk kenali bakat Di muara ada angsa Angsa mati dimakan buaya Tingkatkan pendidikan generasi bangsa Agar Indonesia menjadi jaya Pergi ke Tanjungbalai makan kerang Tidak lupa juga naik sampan Jadi generasi gemilang Lebih produktif dan berpendidikan Asam rasa jambu Jambu dikuahi jadi manisan Bangunlah prestasi dan dirimu Agar tidak jadi pengangguran Jauh berlayar di tengah malam Berarus deras karangnya tajam Tuntutlah ilmu walaupun kelam Karena pengangguran itu sangatlah suram Lontong berempah ikan teri Untuk dimakan sanak saudara Mari hindarilah nikah dini Kalau hanya membuat sengsara Sekapur sirih di dalam tepak Dimakan saat berkumpul keluarga Sebagai generasi harus bergerak Untuk mewujudkan cita cita bangsa Pantai galau tempat wisata Singgah sebentar makan ikan sepat Jauhkan diri dari narkoba Agar hidup menjadi sehat Berlayar sampan menuju kota Di Sungai Asahan sampan bertambat Jauhkan diri dari narkoba Agar selamat dunia akhirat
Pantun-pantun di atas, sebagai contoh dan lengkapnya bisa di baca bukunya melalui Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara. Dengan berpantun, kearifan lokal terjaga, pesan-pesan kependudukan melekat jiwa. SSK sampai kejenjang purna. OK

Kontributor Buku Pantun Kependudukan
Syamsu Rizal Lubis – Debora Christina Tambunan – Wieke Imelda Sari – Debora Christina Tambunan – Wieke Imelda Sari – Deddi Anshari – Sri Lawani Siregar – Imelda Sari – Hermansyah Siregar – Heliana Every Sitorus – Ravina Simatupang – Nurul Maulida Anwar – Eka Sari Wahyuni – Dinar Siti Jenab – Rika Arima Sirait – Sri Latifah Ningsih – Abdul Majid Matondang – Pramanita Marpaung – Kanda Bagaskara – Junaidi Anggi Syahputra Marpaung – Santiadi Salsabilla – Miftahussakdan – Bunga Aulia syafira Mulita – Adiva Amanda – Khoirul Bariah