Seseorang punya alasan sendiri untuk urusan komunikasi menggunakan bahasa Inggris. Bahkan banyak siswa dan mahasiswa di Indonesia tak bisa berbahasa Inggris secara pasif bahkan aktif. Beberapa orang bercerita, pelajaran bahasa Inggris jadi momok dan menakutkan seperti halnya mata pelajaran seperti matematika.
Seorang teman tak pernah menggunakan bahasa Inggris karena tak memiliki rasa percaya diri untuk menggunakannya secara aktif maupun pasif. Malu dan takut salah saat berbicara atau membaca teks. Teman akrab lain, menyampaikan alasan tak mahir karena tak ada guna di tempat kerjanya.
Di sebuah diskusi mini, tak pernah mau belajar bahasa Inggris karena faktor guru yang mengajarkannya. Guru tak menarik dan bersahabat saat menyampaikan materi. Kata orang, gurunya sor sendiri dan pilih kasih. Bahkan seorang siswa harus mengikut les di sekolah dengan gurunya, tak faham-faham juga. Akhirnya, menyampaikan kesimpulan di akhir, yang penting bayar sehingga nilai bisa aman di rapor. Kalau begini, kacau jadinya jadi siswa apalagi gurunya tersebut santai saja karena menerima upeti jelas setiap bulannya.
Yang sor itu, anak muda bercerita bisa berbahasa Inggris secara aktif karena di rumahnya ada English Today. Kalau ini sih amazing, aturan di keluarganya dan mungkin sudah tahu kebutuhan untuk masa depannya. Bahkan, orangtua mengikut sertakan les bimbingan belajar bahasa Inggris terbaik di kota ini agar bisa kuliah di luar negeri walau bayarnya mahal. Istilahnya, niat sekali orangtua dan anaknya meraih mimpi untuk sukses dikemudian hari.
Cerita lain, bisa berbahasa Inggris karena menyukai suka jalan-jalan ke luar negeri dan membaca buku. Jadi belajarnya karena kebutuhan diri untuk beradaptasi. Melakukan ini karena disokong keaktifan di English Club dengan mengikuti kegiatan lomba debat, scrable dan lain-lain. Ditambah, semakin semangat belajar meningkat karena faktor guru yang cantik/ganteng. Ternyata faktor guru punya peran besar dalam kemahiran seorang bisa berbahasa Inggris.
Membaca cerita di atas, kalau menurut Anda, saya tergolong yang mana ya? He.he. Itu menjadi rahasia kita saja ya yang pernah bertemu, sekelas saat bersekolah dan kuliah. Pokoknya, kemampuan saya dirahasiakan deh sampai saat ini untuk urusan berbahasa Inggris. Termasuk sama wanita-wanita cantik di sana, tahu bagaimana bahasa Inggris saya itu. Ha.ha. ha
Saat setahun lalu, saya membuat program Zilenial English di Omah Dondong sebagai impian untuk mewujudkannya melalui anak-anak di kampung. Sebuah harapannya, mereka bisa berbahasa Inggris dan mendunia. Program ini dilaksanakan secara gratis sampai saat ini dengan menghadirkan guru mengajar melalui permainan, percakapan dan lain-lain. Gurunya dibayar dari donatur dari dana yang diperoleh Omah Dondong secara bulanan. Buku bacaan bahasa Inggris, kamus, meja, papan tulis dan lain-lain dipersiapkan agar semua bisa berjalan dengan lancar.
Impian lebih besar lebih terus berkembang, terutama untuk memenuhi kebutuhan orang-orang sekitar. Kebutuhan dengan dukungan secara digital. Beberapa diskusi dilakukan, bersama alumni sekolah yang pernah saya ajar. Mereka membuka startup englishnesia. Luar biasa, generasi milenial membua usaha yang berkantor di kota Batam. Peluncurkannya saat Pandemi Covid-19 saat yang tepat dengan maraknya belajar secara daring dan mandiri. Bisnis edukasi ini terus berkembang karena semangat milenial dengan pendekatan digital.
Diskusi lanjutan pun dilakukan. Pada Rabu, 15 Desember 2021 dilakukan pula Diskusi Kelompok Terpumpun Kampung Inggris Digital secara virtual. Mengumpulkan mendapatkan berbagai data dan informasi bagaimana sebuah impian bisa terwujud dengan segera. Mengelola platform belajar bahasa Inggris bisa terwujud terintegrasi dengan pendekatan digital. Riset mini dilakukan dan belajar dari berbagai pihak diantaranya guru/mentor belajar bahasa Inggris, tim digital. Bahkan untuk calon peserta dilakukan dengan mengumpulkan sumber data yang dibutuhkan. Tunggu saja kabar selanjutnya di tahun 2022.