Ngajak silaturahmi, kita jumpai. Ngajak ngopi, kita kawani. Emang beliau siapa ya To?
Nah, saya pun bingung mau ceritakan apa samamu. Sebenarnya, saya tak pernah berjumpa virtual ataupun tatap muka sebelumnya. Kami pernah berususan urusan pendaftaran menjadi anggota aja. Itu seingat saya dan saling komentar status. Karena pernah ngunjungi tempat yang sama dan bertemua dengan orang yang sama. Cuma itu aja sih yang saya ingat.
Yakin sekali bahwa beliau orang baik dan hebat sebagai guru madrasah, Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IG) dan Jaringan Sekolah Digital Indonesia (JSDI). Beranikan menjumpainya di tempat ngopi dekat beliau menginap. Beliau sengaja menginap satu malam di Medan agar bisa menunaikan shalat di Masjid Raya Al Mahsum Medan. Menyaksikan kemegahan Istana Maimon dan merasakan harumnya durian Ucok di kota para Ketua. Begitulah beliau bercerita sembari kami minum di Sulthan Cafe Jl. Amaliun Medan.
Dahli Ahmad saat ini aktif di Propgram Organisasi Penggerak (POP) IGI untuk melihat keberlangsungan pelaksanaan di berbagai daerah Indonesia. Nah, saat berjumpa dengan beliau, beliau sengaja menginap satu malam di Medan karena belum sama sekali menginjakan kaki di tanah Melayu Deli ini. Beliau menyampaikan bahwa kegiatannya berada Aceh Utara dengan melihat implementasi pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Masih ada waktu, singgahlah ke Kota Medan sebagai kota transit sebelum kembali ke Bekasi sebagai tempat tinggalnya. Dari pengakuan Pak Dahli, baru kali ini menginjakan kakinya Medan. Selama ini hanya transit saja di bandara Kualanamu International Airport sebelum menuju Aceh.
Saat saya datang di suasana gerimis pasca hujan deras yang mengguyur Kota Medan, banyak yang kami ceritakan. Beliau sembari menyeruput kopinya sedangkan saya lebih memilih air mineral botolan karena sebelum berjumpa beliau juga “nongkrong” dengan orang lain untuk urusan bisnis di Romah Kupi. Dari banyak cerita, pertanyaannya muncul pertama dari beliau tentang Guru Mendunia. Menurut saya, bawah selama ini ternyata keberadaannya terpantau beliau. Bisa jadi sama petinggi lain juga memantau Guru Mendunia ini. Pertanyaan dari beliau tentang tatar berdiri, tim, program sampai dimana saja aktivitasnya. Ceritanya aja gaya anak Medanlah, “ribak sude” gitu. He.he. Nah, jika mau tahu tentang saya dan Guru Mendunia bisa tonton di saluran Youtube POSI aja ya. Sebagian cerita Guru Mendunia dikupas dalam sebuah podcast.
Cerita yang menarik tentang tokoh-tokoh dibalik sejarah berkembangnya organisasi profesi (orprof) Ikatan Guru Indonesia. Tokoh pendiri dan ketua-ketuanya level nasional sampai daerah dengan gerakan program yang dijalankan termasuk filosofi pelatihan yang digagas. Ada beberapa kesamaan antara IGI dan Guru Mendunia secara filosofi programnya.
Kisah tokoh-tokohnya dari keteladanan kepemimpinan dari Bapak Surya Darma, Daeng Ramli Rahim sampai kepada Danang Hidayatullah. Sepak terjang beliau dalam mengembangkan organisasi profesi guru dari berdiri sampai berkembang. Menurut saya sih, IGI berawal dari klub guru sudah dan sudah mendunia secara keorganisasian. Seorang leader punya karakter dalam memimpin sebuah organisasi besar dan berkembang begitu cepat sampai ratusan ribu orang sudah terdaftar.
Sebelum perpisahan kami di tempat tongkorangan warung kopi ini, cinderamata kaos Guru Mendunia dan buku tentang perjalanan seorang peseda mengelilingi dunia. Pemberian ini khusus diberikan untuk saling menghebatkan diantara kami membangun guru-guru Indonesia dengan organisasi profesi dengan gerakan-gerakan programnya.
Cerita-cerita ketokoh petinggi IGI tersebut, saya bisa belajar tentang karakter kegigihan membangun sebuah visi bersama. Guru Mendunia bisa belajar dari cerita tersebut, yang awalnya hanya gerakan beberapa orang kemudian punya legalitas hukum berbentuk Yayasan. Sampai tulisan ini dipublikasikan, badan hukum Yayasan Guru Mendunia sedang diproses oleh sebuah notaris. Insya Allah segera tuntas dan membawa keberkahan untuk kita semua. Amin