Gara-gara Limbah Sagu

Menjadi seorang PNS bukanlah hal yang mudah, apalagi dengan berbagai tantangan yang dihadapi ke depannya. Menjadi guru bukanlah cita-cita utama.

“Awalnya ingin menjadi seorang bidan, tetapi taqdir berkata lain”

Fauziah

Setelah menamatkan pendidikan strata satu dalam bidang kimia, memulai karier oktober 2007 sebagai guru tidak tetap provinsi di SMA Negeri 1 Singkep Barat. Ketika menjadi guru disana pelajaran yang diampu bukanlah kimia tetapi fisika dan geografi. Mengingat ketika itu Singkep Barat kekurangan guru fisika dan geografi. Oleh karena sebagai guru baru mau tidak mau tidak ada pilihan lain akhirnya dengan terpaksa menerimanya.

Berbagai upaya telah dilakukan agar mampu mengajar siswa dengan mapel baru seperti mengoleksi buku-buku fisika, mulai dari kelas X hingga XII. Merasa berat apalagi fisika, sedangkan kimia saja harus bolak balik membaca. Seiring perjalanan waktu akhirnya menjalani dengan ikhlas.

Berselang beberapa bulan mengajar disana, ditahun yang sama, ada membuka lowongan tes PNS. Tanpa pikir panjang, langsung mengikuti tes tersebut dan akhirnya lulus sebagai CPNS. Pada tahun 2010, diangkat penjadi PNS. SK pertama ditempatkan di SMA Negeri 1 Lingga Utara. Ditempat yang baru, bernasib sama. Mengajar bukan bidang yang diampu.

Ketika itu, dipercayakan mengajar biologi, mengingat di sana tidak ada guru biologi. Dengan perasaan sedikit kecewa dan tak kuasa, akhirnya menerima. Berbagai tantangan dihadapi ketika itu, apalagi sistem manajemen sekolahnya berbeda jauh dengan tempat lama mengajar. Bak bumi dengan langit, harus beradaptasi lagi dengan sistem dan manusia-manusia aneh di dalamnya. Selama menjadi guru di tempat baru berbagai pengalaman baru yang diperoleh. Sebagai guru baru dan semangat baru, selalu memberi masukan yang positif bagi sistem dan manusia di dalamnya.

Akhirnya ditahun 2009, ditunjuk sebagai Wakil Bidang Kurikulum. Padahal disana masih banyak guru-guru senior, mengapa yang baru seumur jagung menjadi guru ini diberikan amanah. Dengan berat hati akhirnya jabatan baru itu diterima. Seiring perjalanan waktu, dari keterpaksaan menjadi kebiasaan akhirnya berpijak di atas kaki sendiri. Oleh karena kita berada diposisi orang lain merasakan juga apa yang orang lain rasakan. Menjadi pemimpin ternyata tidaklah mudah, bukan fisik pekerjaan yang dipikirkan tetapi beban moral yang kita hadapi. Tetapi dengan semangat juang, bisa melewati dan menghantarkan sekolah ini menjadi terakreditasi B di tahun 2010.

Setahun berselang tepatnya 21 februari 2011, masuklah pimpinan baru di sekolah. Dengan gaya kepemimpinannya baru, sistem di sekolah tidak banyak berubah. Beliau lebih banyak menyesuaikan dan meneruskan program dari pimpinan lama. Tetapi ada hal yang menarik dari beliau yaitu semangat yang membara sehingga kita akan menjadi terbakar dan tertantang untuk berubah.

Kalau diawal pekerjaan yang dilakukan adalah karena keterpaksaan, tidak ada yang mau mengerjakan tetapi ini dilakukan adalah karena kecintaan pada pekerjaan baru sebagai kurikulum. Entah apa dipikiran beliau sehingga meminta terus menjadi mitra dalam membangun sekolah. Selain menjadi wakil kurikulum, juga dilibatkan membina siswa dalam kegiatan-kegiatan perlombaan tingkat kabupaten.

Awal yang baik tepatnya di tahun 2012, sekolah kami mengirim siswa mengikuti lomba teknologi tepat guna. Ketika itu sekolah mengirim tiga judul TTG dan peserta yang mengikuti lomba sebanyak tujuh judul TTG. Akhirnya diperlombaan itu, sekolah kami menjadi juara 1 dan harapan 1 tingkat kabupaten. Meneteskan air mata untuk pertama kalinya bisa menghantarkan sekolah menjadi sang juara.

Padahal masih banyak sekolah di luar sana yang bagus. Meskipun terpencil dan jauh dari perkotaan tetapi kita dikenal orang di luar sana bahwa ada sekolah dipelosok tetapi banyak mutiara di dalamnya. Potensi dan kemauan siswa yang luar biasa membuat bangga menjadi guru sekaligus pembimbing mereka. Hal ini juga tidak terlepas dari motivasi yang luar biasa dari beliau sebagai pemimpin yang bijaksana.

Pada tahun yang sama sekolah kami dikutkan pada ajang bergengsi teknologi tepat guna tingkat provinsi yang dilaksanakan di Batam. Ketika itu produk unggulan yang akan diikutkan dalam lomba adalah kompor biogas limbah sagu. Berbagai persiapan, perbaikan dan pemantapan terus dilakukan sebelum menghadapi lomba. Alhamdulillah Provinsi Kepri mendapat juara 1 tingkat nasional dan stand terbaik. Tidak berhenti sampai disitu, guru dan siswa yang berprestasi terus berbenah untuk kedepan yang lebih baik.

Prestasi bukanlah menjadi kita harus sombong, tetapi karena inovasi yang kita lakukan dan terus dipupuk motivasinya sehingga gairah juang semakin subur. Bak gayung bersambut antara inovasi dan motivasi haruslah beriringan dan sejalan sehingga prestasi bisa diukir. Ikut merasakan kegiatan ekstra sekolah mati suri, ternyata tidak dengan kehadiran beliau sekolah kami hidup kembali.

Kemenangan tidak terhenti sampai disitu, tahun berikutnya, tim inovasi sekolah yang tergabung dalam Kelompok Ilmiah Remaja mengukir kembali prestasi. Tepatnya di tahun 2013 sebanyak 14 judul TTG diikutkan dan memperoleh juara 1 dengan inovasi bojel limbah sagu dan juara 2 alarm pendeteksi banjir. Kelelahan bersama tim terbayarkan oleh kemenangan itu.

Terharu dengan kerja keras dan doa bersama sehingga bisa mengharumkan kembali nama sekolah tercinta. Perjuangan belum selesai sampai disini, siswa yang menang harus menyiapkan diri untuk ikut lomba inovasi tingkat provinsi yang diadakan sekitar bulan mei 2013 di Ramayana Tanjung Pinang. Seiring perjalanan waktu, tim TTG bekerja keras melakukan perbaikan dan pemantapan, hingga tibalah waktu perlombaan. Ketika itu sekolah mengirimkan lima judul TTG yang akan dilombakan. Pada saat penilaian tim juri mulai berkeliling melihat-lihat mana inovasi yang bisa diunggulkan.

Harapan yakin untuk menang besar tetapi takut mendahului taqdir tuhan. Tiba-tiba datang serombongan pejabat teras dari provinsi mendatangi dan bertanya-tanya dari mana dapat ide membuat biojel ini. Secara garis besar, maka saya menceritakan secara singkat dan mereka sangat mengapresasi. Di depan stand siswa sibuk menjawab dan melayani pertanyaan bertubi-tubi dari juri dan tamu yang berkunjung. Perasaan takut dan khawatir terhadap siswa semakin besar dalam hati saya berkata, mudah-mudahan siswaku mampu menjawab pertanyaan yang diberikan juri dan pengunjung.

Doa dan pengharapan selalu dipanjatkan. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, pengumuman kemenangan diawali dengan harapan 3, 2, 1  dan juara 3 diraih oleh sekolah kami dengan inovasi briket limbah sagu. Tepuk tangan gegap gempita terdengar tangis haru membasahi pipi ini, di dalam hati berkata, terima kasih ya Allah atas anugerah-Mu. Sesuatu yang tidak disangka bisa masuk dalam kategori menang. Kemudian disusul juara 2 inovasi rumah kawin ketam dari Kabupaten Bintan dan juara 1 diraih dari inovasi biojel limbah sagu.

Hampir tidak bisa berkata apa-apalagi, kepala sekolah beserta beberapa orang pejabat Lingga hanya saling beradu pandang dan bungkam. Nikmat yang luar biasa Allah berikan dihari itu. Semoga ini tidak terhenti sampai disini. Penyerahan hadiah sekaligus pengumuman persiapan keberangkatan tim TTG ketingkat nasional mewakili Kepri di Padang bulan September 2013.

Menjelang keberangkatan ke Padang, dengan berbagai persiapan yang dilakukan bersama siswa yang menang di tingkat provinsi. Tibalah saat akan berangkat ke Padang, saya mengundurkan diri untuk membimbing siswa, dikarenakan ada tugas besar yang harus emban sebagai seorang pendidik. Akhirnya keberangkatan mendampingi siswa diambil alih oleh kepala sekolah. Dari 1000 peserta di Padang biojel masuk peringkat enam meskipun belum bisa memberikan yang terbaik ditingkat nasional tapi tim bertekat terus berinovasi. Inovasi tiada henti itulah motto tim TTG kami.

Meskipun jauh di negeri orang, semangat untuk membimbing siswa terus terbakar. Jasad boleh terpisah tapi roh untuk berinovasi selalu hadir ditengah mereka yang haus akan perubahan. Hampir setiap malam chat dengan sang perubahan berbagi informasi bertukar pikiran dan rencana ke depan. Di tengah-tengah kejenuhan menghadapi tumpukan tugas, mereka hadir memberi semangat. Tibalah saatnya persiapan untuk menghadapi lomba TTG tingkat kabupaten tahun 2014. Meskipun tidak banyak yang disumbangkan ide untuk membuat inovasi, ada sekitar lima judul TTG yang dikirim lewat email kepala sekolah. Kemenangan untuk sekian kalinya diraih tim TTG sekolah berhasil kembali tingkat kabupaten hingga provinsi. Salah satu peserta tim TTG masuk juara 3 pengolahan gula sagu dan diberangkatkan ke tingkat nasional.

Cover Buku 9 Sandaran

Selang beberapa tahun kemudian, perhelatan lomba teknologi tepat guna vakum disebabkan terbatasnya anggaran kabupaten untuk mengadakan lomba. Terakhir 2018 kabupaten mengadakan kembali gelar teknologi tepat guna, sebanyak enam judul TTG dikirimkan. Meskipun hanya tiga judul yang lulus seleksi semangat untuk lomba terus membara. Kembali limbah sagu membawa keberuntungan bagi tim kami. Juara 1 sabun limbah sagu menghantarkan kami ke lomba tingkat provinsi dan memperoleh harapan 1. Harapan terhenti sampai disini, tetapi semangat berinovasi tidak mati sehingga akhirnya dapat kabar gembira dari provinsi bahwa sabun limbah sagu masuk TTG unggulan tingkat nasional di Bali. Akhirnya bersama siswa berangkat ke Bali untuk kali pertama. Ini pengalaman pertama menginjakan kaki di Pulau Dewata yang menjadi ikon bangsa ini. Meskipun belum meraih kemenagan di tingkat nasional tapi jiwa ini tetap sebagai sang juara. Karenamu limbah sagu menghantarkan kami menjadi sang juara dan inovator sejati. Tunggu inovasi kami ditahun berikutnya.

Fauziah, S.Pd., M.Ed (Guru di SMAN 1 Lingga Utara Provinsi Kepulauan Riau)

Tulisan ini menjadi bagian dari Isi Buku “9 Sandaran” yang diterbitkan ASN Jakarta pada tahun 2019.

Leave a Reply