Carilah Mentor untuk Menjadi Hebat

Salut yang saya anggap teman-teman di sana. Bisa jadi mereka malahan tak kenal saya secara dekat dan saya yang mereka dekat dengan mereka itu. Sedang santai di tongkrongan dengan secangkir lemon tea, saya intip aja aktivitas mereka di media sosial. Kadang saat ketemu teman dari temannya bercerita tentang kehebatan dan kepadatan mereka beraktivitas sampai kepo keingintahuan saya terhadap mereka.

Diperhatikan, iya juga dalam hati. Teman-teman saya itu begitu padat merayap kegiatannya. Dari mana saya tahu itu? Ya dari status cerita facebook, story whatsapp dan instagram. Kadang konten tiktoknya ada aja dibuatnya.

Mereka mulai menjadi label duta untuk sosialisasi program dan aplikasi tertentu. Aktif sebagai sebagai penyusun modul, pembuat video dan menuliskan narasi pengalaman terbaiknya di platform tertentu. Luar biasa energi mereka dalam beraktivitas. Bisa jadi, luar biasa juga pendapatan yang didapatkan. Saat ini, bahkan mereka berubah-ubah status label yang melekatnya mulai dari penggerak, pengajar praktik, fasilitator dan narasumber berbagai kegiatan. Herannya, ada secara diam-diam jadi Pelatih Ahli, konsultan, juri ataupun lulus beasiswa. Sedangkan di lain tempat, ada teman yang jadi pamong mahasiswa, evaluator, sampai pada program kampus mengajar dan lain-lain.

Sangat bahagia lihat teman-teman aktif dan gesit berkegiatan belajar, berlatih dan berbagi, sampai padat memenuhi undangan acara-acara kedinasan atapun komunitasnya. Karena keaktifannya, tawaran jabatan, peralian tugas yang prestisius sampai pindah kantor yang lebih difavoritkan. Makan dan minum apa sih teman-teman saya itu, sampai bisa luar biasa sekali jika ini dibandingkan dengan diri saya sebagai orang kampung. Bisa jadi, mereka lebih dekat sama Allah, suka bersedekah, emang cerdas dan kreatif serta banyak relasinya. Semoga aja mereka konsisten menjalani semua itu dan tak lelah untuk bergerak. Bisa kenal dan diterima perteman di media sosial sudah senang kali saya apa yang saya lakukan.

Bisa jadi, mungkin mereka menerima pertemanan karena kasian, culun atau karena tampangnya bisa disuruh-suruh beli nasi, lap meja atau buat minuman teh dan masak mie instan. Itu perasaan saya aja sih, tapi kadang ada benarnya juga lho. Emang saya biasa disuruh bahkan untuk angkat-angkat kursi, meja atapun memindahkan mesin printer dan laptop mereka-mereka itu. Semua sudah dijalani agar bisa menjadi orang suruhan yang baik dan berkah.

Semoga bisa ngikuti jejak teman-teman itu. Sepertinya kayaknya tak mungkin deh. Mereka cepat kali geraknya sampai istilah guru kami di kampung sana, asapnya aja sudah tak tampak lagi karena kalah beberapa tekongan. Prestasi teman-teman itu segudang dari juara ini dan itu tapi orang lain minta filenya tak dikasih dan malahan saya diberi sama mereka. Inilah rezeki tak terhingga namun diingatkannya “jangan kasih sama yang lain”. Ternyata teman itu begitu, baik dan tak mau tersaingi. Ha.ha

Kehadiran teman-teman itu sangat diperhitungkan apalagi di acara-acara pemerintahan diselenggarakan di hotel-hotel. Jangankan acara pribadi, acara organisasi aja duduknya di depan. Tak terbayangkanlah jika saya seperti itu. Duduk dibelakang aja sudah senang, bisa melihat siapa yang datang dan aksi-aksi tim soundsystem mengatur dinamisnya suatu acara.

Kalau saya buat sajian materi untuk sebuah acara, perkiraannya butuh relatif lama waktu bisa mengejar ketertinggalkan dari teman-teman itu? Yakin sekali, kalau teman-teman itu tak butuh waktu lama mempolesnya menjadi sebuah produk keren bahkan hanya sekejap mata mereka bisa tuntas menyelesaikan pekerjaan itu. Nah, kalau saya melakukannya, butuh energi, waktu dan lainnya untuk menghasilkan produk bagus seperti mereka. Perlulah saya bisa belajar dari mereka suatu saat nanti tapi di tempat nongkrong kopi murah aja ya.

Syukurlah bisa mengenal teman-teman dari berbagai hasil pertemanan. Kata teman-teman dekatnya, mereka itu sulit dijumpai walau sekedar nongkrong sejenak aja. Berarti, jika saya bisa bertemu ditongkrongan, itu sebagai rezeki karena bisa bersilaturahmi dan apalagi saat memakai baju kemeja/kaos seragam dari Konveksi Utama Medan.

Melakukan percepatan seperti teman-teman, cocok juga mencari mentor dan coach agar paten dan hebat. Punya banyak relasi dan mahir bercakap apa yang dituliskan untuk banyak orang. Jadinya, impian itu segera terwujud. Amin

Seragam Komunitas NGO (Ngengkol Ngopi) dari Konveksi Utama Medan

Leave a Reply