Hasan Al Banna (Penyair, Prosais, dan esais. Buku cerpennya Sampan Zulaiha masuk 10 besar Anugerah Khatulistiwa
“Aprilia Syafitri tidak sedang terjangkit riya diksi, tidak sedang memamekan koleksi kosa-kata dari keluasan pikirannya. Entah Aprilia sadar atau tidak, bahwa cara kerja kepenyairan seperti itu memang ‘bak menguras air laut’, sia sia. Entah karena kesadaran itu pula, maka pada puisi Sepasang Abadi ini, kita dapat menemuka kerja keras dan kegigihan Aprilia dalam menemukan sekaligus mengutuhkan nilai-nilai makna dari pilihan-pilihan diksi dan kata yang lumayan istimewa untuk seumurannya. Teruslah bekerja keras, Aprilia. Petualangan puitis yang lain senantiasa menunggumu.”

Aprilia Syahfitri dengan usia yang masih muda mampu menuliskan puisi yang asyik untuk dibaca dan resapi. Kandungan puisi ini menyentuh jiwa. Begitu pula dengan puisi-puisi lainnya dalam buku “Sepasang Abadi” yang diterbitkan pada Februari 2020 oleh Farha Pustaka. Buku akan naik cetak untuk kedua kalinya. Banyak sekali permintaan dari pasar karena keingin tahuan dan penasaran bagaimana karya yang dibuat si Apri yang lahir di Karot, Nusa Tenggara Timur pada 15 April 2004 .
Kumpulan puisi Aprilia Syahfitri semakin menarik dan asyik karena ada kolaborasi dengan sepupu dan teman sekelasnya. Peran Arvi Safira Febrianti sebagai ilustrator begitu terasa setiap bagian puisinya. Ilustrasi jadi penguat setiap lembar puisi yang ingin dibaca. Jadi dibuku Sepasang Abadi paket lengkap puisi dan gambar ilustrasi.
Kumpulan puisi ini jadi rujukan bagi remaja lainnya bagaimana akhirnya menjadi sebuah buku ciamik dikalangan zilenial. Banyak teman-temannya bertanya bagaimana proses puisi-puisinya ini sehingga menjadi kemasan sebuah buku. Bagaimana tips dan triknya sehingga penerbit mau menerima naskanya diterima dan ada tanda serinya di bagian belakang yang dikenal dengan ISBN. Artinya buku Sepasang Abadi sudah terdaftar dan ada pada katalog Perpustakaan Nasional RI. Remaja-remaja selama ini yang memiliki karya tidak mengetahui dan terkendala untuk menerbitkannya. Mereka pada penasaran dengan proses penerbitan juga ingin tahu lebih detail dari isi buku ini sehingga mereka ingin memilikinya.
Sepasang Abadi
(i)
“yang fana adalah waktu” katanya.
“kita?” tanyamu. “kita abadi,
sayang” kubilang, sembari
kubersihkan kuburmu
(ii)
sore ini kita berpapasan dengan anggun.
setelah sebelumnya kudengar seliweran berita dari orang-orang;
tempat kita disemayamkan tak jauh dari sini.
barangkali, kau ingin berjalan bersama?
kita menyusuri hutan yang daun-daunnya rontok berguguran.
jalan ini adalah jalan yang tak berujung.
kita tak menemukan apapun,
tak ada perayaan di sana.
“mungkin tadi seharusnya
kita berjalan ke arah barat?”
kau menawariku untuk berjalan ke sana
lantas kita semakin lama bercengkerama berduaan.
bercerita tak kunjung usai.
sembari saling mengingat-ingat kenangan lawas tapi kita tak menemukan apapun.
“aku lupa ke arah mana, maaf”
katamu,
padahal yang duluan mendiami tempat ini adalah dirimu
“ya sudah tak apa, kita cari bersama” kubilang.
tak apa, aku mau ke mana saja asal bersamamu
jalan ini semakin tak berujung,
di sini juga kosong
tak ada siapapun
teringat kami disemayamkan berdua,
lantas merayakannya pun
harus berdua saja
tak ada tamu undangan
tak ada gemuruh musik
tak ada siur percakapan
tak ada riuh tawa
tak ada suhu hangat
tak ada makanan
tak ada penghibur
hanya kami.
tak ada yang mengusik
mencoba berdansa sambil bergumam
kecil terbalut canggung
“perayaan sempurna” katamu
tempat kita disemayamkan tak jauh dari sini.
barangkali,
kita harus melebur?
(2017)
Judul puisi Sepasang Abadi juga menjadi judul buku dengan cover berwarna hitam dan ilustrasi gambar garis putih halus. Si penulis puisi merupakan juga mendapat bimbingan dari gurunya Dedy Pradesa yang sering memotivasi untuk membukukan puisi ini dalam sebuah buku. Akhirnya buku ini terwujud di awal 2020 sebagai kado terindah di tahun ini. Anda dapat memperoleh buku Sepasang Abadi dengan DM langsung kepada penulisnya melalui Instagram: @bulan.apryl. Segera nikmati dengan buku ini sebelum periode pemasan POD berakhir ya.
Sarlut mas.
Terima kasih
Kerren
Terima kasih Pak Guru